Profil Desa Sindang
Ketahui informasi secara rinci Desa Sindang mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Sindang, Kecamatan Mrebet, Purbalingga yang mengupas potensi gula kelapa organik sebagai penggerak ekonomi utama. Analisis mendalam mengenai kondisi geografis, sosial, dan tantangan infrastruktur yang dihadapi, serta upaya masyarakat dalam men
-
Sentra Gula Kelapa Organik
Desa Sindang adalah produsen utama gula kelapa organik di Purbalingga, dengan lebih dari 100 petani yang produknya berhasil menembus pasar ekspor melalui kemitraan dengan pihak swasta dan dukungan BUMDes.
-
Tantangan Aksesibilitas Akut
Kehidupan sosial dan ekonomi desa sangat bergantung pada Jembatan Gantung di atas Sungai Klawing, yang baru-baru ini putus akibat banjir, menyebabkan isolasi parsial dan menuntut pembangunan infrastruktur permanen.
-
Memiliki Nilai Sejarah
Desa ini pernah memainkan peran strategis sebagai pusat komando gerilya dan pemerintahan darurat pada masa Perang Kemerdekaan, menunjukkan nilai historis di balik citranya sebagai desa agraris.

Terletak di sisi timur Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, Desa Sindang menjelma sebagai sebuah kantong ekonomi yang unik dengan potensi utama pada produksi gula kelapa organik. Di tengah tantangan aksesibilitas geografis, desa ini menunjukkan daya tahan ekonomi yang kuat, bertumpu pada komoditas unggulan yang berhasil menembus pasar ekspor. Profil ini mengupas secara mendalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Desa Sindang, dari kondisi geografis, perekonomian, hingga tantangan infrastruktur yang belum lama ini menjadi sorotan.
Desa Sindang secara geografis berlokasi di perbatasan wilayah kecamatan. Wilayahnya yang diapit oleh aliran Sungai Klawing menghadirkan tantangan sekaligus potensi tersendiri. Akses utama yang vital bagi warga, yakni Jembatan Gantung Sindang-Banjaran, menjadi urat nadi perekonomian dan sosial. Namun peristiwa putusnya jembatan tersebut pada pertengahan Mei 2025 akibat terjangan banjir menjadi sebuah pukulan telak yang menguji ketahanan dan adaptabilitas warga setempat.
Geografi dan Kondisi Demografi
Secara administratif, Desa Sindang merupakan salah satu dari 19 desa di wilayah Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Desa ini terletak pada koordinat 7°20′37.00″S 109°23′39.98″E.
Letak dan Batas Wilayah: Sebagai desa paling timur di kecamatannya, Desa Sindang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah UtaraBerbatasan dengan Desa Kradenan dan Desa Tangkisan, Kecamatan Mrebet.
- Sebelah TimurBerbatasan dengan Desa Tangkisan (Kecamatan Mrebet) dan wilayah Kecamatan Karanganyar.
- Sebelah SelatanBerbatasan dengan Desa Banjaran, Kecamatan Bojongsari.
- Sebelah BaratBerbatasan dengan Desa Onje, Kecamatan Mrebet.
Luas Wilayah dan Kependudukan: Berdasarkan data kependudukan Kabupaten Purbalingga per Mei 2024, Desa Sindang memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.112 jiwa. Angka ini terdiri dari 1.544 penduduk laki-laki dan 1.568 penduduk perempuan. Dengan luas wilayah yang masih dalam proses pemutakhiran data oleh pihak berwenang, kalkulasi kepadatan penduduk secara presisi belum dapat dipastikan. Namun, sebaran penduduk relatif merata di beberapa dusun yang ada.
Kode Pos untuk Desa Sindang, Kecamatan Mrebet, ialah 53352.
Akses menuju Desa Sindang dapat ditempuh melalui dua jalur utama. Pertama, melalui Kecamatan Bojongsari yang menuntut pengendara melintasi jembatan gantung di atas Sungai Klawing. Jalur kedua ialah melalui Desa Tangkisan yang menawarkan kondisi jalan lebih baik namun dengan kontur berkelok dan potensi kerawanan longsor, terutama saat musim penghujan.
Gula Kelapa Organik: Tulang Punggung Ekonomi Desa
Perekonomian Desa Sindang sangat ditopang oleh sektor pertanian, khususnya perkebunan kelapa. Mayoritas penduduknya berprofesi sebagai penderes nira kelapa yang kemudian diolah menjadi gula kelapa, baik dalam bentuk cetak maupun serbuk. Keunikan dari produk ini ialah statusnya sebagai gula kelapa organik.
"Desa Sindang telah dikenal luas sebagai salah satu sentra penghasil gula kelapa organik di Purbalingga," sebut sebuah rilis dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Dinpermasdes) Kabupaten Purbalingga pada Februari 2021. Menurut data yang dihimpun, terdapat sedikitnya 100 petani gula kelapa organik yang aktif berproduksi di desa ini.
Keberhasilan ini tidak lepas dari peran serta Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Margo Mulyo. Sejak beberapa tahun lalu, BUMDes Margo Mulyo telah menjalin kemitraan strategis dengan PT Mega Inovasi Organik Yogyakarta. Kerja sama ini memungkinkan para petani mendapatkan kepastian pasar dan harga yang layak untuk produk organik mereka, yang sebagian besar ditujukan untuk pasar ekspor.
Seorang tokoh penggerak ekonomi lokal, Herti, yang juga merupakan Mitra UMi (Ultra Mikro) dari Bank Rakyat Indonesia (BRI), memainkan peran penting. Melalui perannya sebagai pengepul sekaligus agen keuangan, ia membantu para penderes, yang mayoritas merupakan kelompok perempuan dan istri penderes, untuk mendapatkan akses permodalan. "Saya mulai dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR) belasan tahun lalu untuk modal usaha dan kini saya membantu tetangga dan kelompok perempuan di sini untuk mendapatkan akses serupa melalui UMi," ujar Herti dalam sebuah wawancara dengan Suara Merdeka pada Maret 2024. Inisiatif ini menunjukkan adanya ekosistem keuangan mikro yang suportif dan berakar di tengah masyarakat.
Tantangan Infrastruktur: Putusnya Jembatan Gantung
Pada Senin, 19 Mei 2025, hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah Purbalingga menyebabkan debit air Sungai Klawing meluap. Banjir yang terjadi menggerus pondasi utama Jembatan Gantung Sindang-Banjaran, yang merupakan akses vital sepanjang 120 meter. Akibatnya, ujung jembatan di sisi Desa Sindang ambrol dan terputus total.
"Kejadian diawali sekitar pukul 17.00 WIB saat pondasi mulai tergerus, dan puncaknya pada pukul 20.20 WIB pondasi ambrol dan mengakibatkan besi jembatan putus," jelas perwakilan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purbalingga, seperti dikutip VIVA Banyumas pada 22 Mei 2025.
Putusnya jembatan ini memberikan dampak signifikan terhadap mobilitas warga. Akses menuju pusat kecamatan, pasar, dan fasilitas publik lainnya menjadi terhambat. Warga terpaksa memutar melalui jalur Desa Onje atau Tangkisan yang lebih jauh dan memakan waktu. Camat Mrebet, Hendro Prasetyo, mengkonfirmasi penutupan total jembatan tersebut untuk alasan keamanan. "Kami sudah melaporkan ke Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR). Harapannya agar segera dibangun jembatan permanen," katanya kepada Kabar Purbalingga (20/5/2025).
Pihak terkait, setelah melakukan survei, menyatakan bahwa penanganan darurat tidak memungkinkan karena kondisi konstruksi yang sudah tidak aman. Diusulkan pembangunan jembatan permanen dengan perencanaan ulang trase jalan untuk menghindari risiko serupa di masa depan, mengingat dinamika aliran Sungai Klawing yang kerap berpindah.
Sejarah Singkat dan Aspek Sosial
Meskipun saat ini dikenal karena potensi ekonominya, Desa Sindang juga memiliki catatan sejarah yang menarik. Situs resmi desa menyebutkan peranan penting wilayah ini pada masa Perang Kemerdekaan. Letaknya yang strategis membuat Sindang pernah dijadikan pusat pemerintahan darurat Kabupaten Majalengka (saat itu) dan markas Komando Gerilya Daerah V di bawah pimpinan Kapten Afandi. Musyawarah pembentukan komando tersebut bahkan dihadiri oleh tokoh-tokoh pejuang seperti Kolonel Abimanyu.
Dari sisi sosial, tingkat pendidikan masyarakat masih menjadi tantangan. Wikipedia mencatat adanya upaya program Pemberantasan Buta Aksara (PBA) yang melibatkan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Jenderal Soedirman. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran dan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di desa tersebut. Kehidupan masyarakatnya yang agraris dan komunal menjadi modal sosial yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk bencana alam yang baru-baru ini terjadi.
Harapan di Tengah Keterbatasan
Desa Sindang merupakan potret sebuah wilayah yang gigih bertahan dan bertumbuh melalui potensi lokalnya. Gula kelapa organik bukan hanya sekadar komoditas, melainkan napas ekonomi yang menghidupi ratusan keluarga dan membawa nama Sindang ke kancah yang lebih luas. Di sisi lain, ketergantungan pada infrastruktur yang rentan seperti jembatan gantung menjadi pengingat akan pentingnya pembangunan yang merata dan berkelanjutan.
Insiden putusnya jembatan menjadi momentum krusial bagi pemerintah daerah untuk memprioritaskan pembangunan infrastruktur yang lebih tangguh di Desa Sindang. Dengan akses yang lebih terjamin, potensi ekonomi dari gula kelapa organik dan sektor lainnya dapat berkembang lebih pesat. Dukungan berkelanjutan terhadap BUMDes, kelompok usaha perempuan, serta peningkatan kualitas SDM akan menjadi kunci bagi Desa Sindang untuk tidak hanya pulih, tetapi juga melompat lebih tinggi di masa depan.